Bentuk Harta Warisan Part. 3

Yang dikehendaki dalam penafsiran hukum Islam ialah bahwa beberapa jumlaj uang yang tidak dihiraukan itu, tidak perlu selalu dimanfaatkan untuk menebus kekhilafan mengenai salat dan haji tersebut, akan tetapi dapat diserahkan sebagai fitrah kepada orang – orang miskin.

Penggunaan uang dengan cara yang disebutkan terakhir ini, menurut pendapat Prof. Dr. R. Widjono Prodjodikoro, SH adalah lebih memuaskan, dikarenakan sukar untuk mengontrol bahwa orang – orang yang diberi uang untuk melaksanakan salat dan haji itu, akan benar – benar dilaksanakan ibadah tersebut, dan benar – benar dilaksanakan dengan atas nama orang yang meninggal.

Kebenaran yang mutlak dalam Burgerlijk Wetboek, bahwa utang dari orang yang meninggalkan warisan berpindah kepada semua ahli waris, ketentuan dalam BW sendiri, dan para ahli waris dapat mengalihkan perpindahan itu dengan dua jalan, yaitu :

  1. Tidak mau menerima harta warisan.
  2. Menerima harta warisan dengan syarat diadakan perhitungan bentuk barang – barang warisan, dengan maksud bahwa utang – utang orang yang meninggalkan warisan hanya dibayar pada batas kemampuannya dengan mempergunakan barang – barang warisannya itu.

Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga