Semua Ahli Waris

Ahli waris sebagai orang – orang yang mempunyai keperluan atas kejadian meninggalnya seseorang yang pada hubungannya dengan adanya suatu harta yang disiapkan untuk dimanfaatkan akan kebutuhan keselamatan masyarakat. Inilah salah satu dari ketiga unsut dari pengertian tentang warisan.

Meninggalnya seseorang selalu menyebabkan goncangnya kestabilan atau kejiwaan pada masyarakat (verstring van magisch ven wicht de maatschappij). Yang selalu mendorong pikiran dan perasaan mereka yang masih hidup ke alam keajaiban yaitu apabila melihat atau mendengar berita seseorang meninggal dunia. Orang dapat mengatakan, bahwa keajaiban ini hanya bisa diketahui serta dirasakan, jika dihubungkan dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, tetapi meninggalnya seseorang manusia dianggap sebagai keajaiban. Justru oleh karena itu keajaiban ini maka seseorang yang meniggal dunia selalu mengakibatkan suatu kegoncangan dalam situasi kehidupan dari anggota – anggota suatu masyarakat, lebih – lebih satu sama lain di antara anggota – anggota keluarga yang merasa dirinya masih ada waris dari meninggal itu. Situasi berkabung ini yang dilihat hanya berupa rasa sedih pada seluruh warisnya, namun lama – kelamaan perasaan ini hilang sedikit demi sedikit dan akhirnya timbul ketenangan pikiran, sekarang berubah alangkah baiknya kalau merawat jenazah dengan sebaik – baiknya, karena masalah pemakaman mayat itulah mengharapkan perhatian yang sepenuhnya, sebagai pengabdian yang terakhir kepada orang yang meninggal.

Sesudah pemakaman itu usai, penyusunan tidak lagi menyinggung masalah kegoncangan kejiwaan yang masih dirasakan oleh para ahli waris, tetapi masalah timbulnya suasana kegoncangan keduniawian oleh para ahli warisnya, maka untuk mengatasi masalah kegoncangan ini masyarakat mengharapkan adanya suatu peraturan hukum warisan. Dalam masalah persoalan yang sangat penting inilah, siapa saja bagi orang – orang yang masih hidup dianggap mempunyai hak atas harta warisan oleh orang – orang yang meninggal.

Untuk menyelesaikan masalah ini maka harus mengupas satu persatu dan membandingkannya, karena dalam hukum adat, hukum agama Islam dan hukum Burgerlijk Wetboek tidak ada kesamaan.

Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga, Hukum waris dalam keluarga